Soal Penempatan Senjata Nuklir di Swedia dan Finlandia, Begini Komentar NATO

BRUSSELS, - Wakil Sekertaris Jenderal NATO, Camille Grand, mengatakan bahwa pihaknya tidak akan memberikan jaminan kepada Rusia atas kemungkinan penempatan senjata nuklir di Swedia dan Finlandia, jika kedua negara itu nantinya menjadi negara anggota NATO.

“Setiap negara bebas di bidang nuklir untuk menyebarkan atau tidak menggunakan senjata semacam itu. Kami tidak berbicara tentang pengaturan beberapa pembatasan prinsip pada kemungkinan tindakan aliansi, ”kata pejabat NATO kepada penyiar Swiss RTS dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Selasa (7/6).

“Setiap negara anggota NATO memutuskan masalah ini secara berdaulat. Dan sekarang tidak ada pertanyaan seperti itu. Tetapi saya tidak berpikir bahwa dalam situasi saat ini, perlu untuk memberi Rusia jaminan apa pun mengenai postur militer kami di kawasan itu,” tambahnya.

Finlandia dan Swedia diketahui telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina. Rusia menyerang negara tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Rakyat Donetsk dan Lugansk di wilayah Donbass. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri tersebut di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.

Terkait hal itu, Grand mengatakan bahwa potensi aksesi Ukraina ke blok tersebut saat ini tidak ada dalam agenda, dan konflik yang sedang berlangsung harus diselesaikan sebelum Kiev “akan dapat memutuskan sendiri bagaimana mereka ingin memposisikan diri dalam arsitektur keamanan Eropa.”

Baik Finlandia dan Swedia, meskipun secara de jure menjadi negara netral dan tidak bergabung ke NATO selama beberapa dekade, namun keduanya telah mempertahankan hubungan dekat dan menjalin kerja sama militer dengan blok pimpinan AS itu.

“Ini adalah dua mitra yang sangat dekat yang datang dengan kemampuan militer yang signifikan. Mereka juga membawa pengetahuan tentang wilayah Laut Baltik dan Laut Nordik,” kata Grand.



sumber: www.jitunews.com